Telusuri Semua Hal

Selasa, 24 Januari 2012

Kail Bertalikan Benang

Ketika aku sedang memancing rasanya melelahkan sebab aku sering tak sabar dengan hasil yang akan kudapat. Kemudian aku mulai berpikir mengapa demikian?.Setelah berpikir. Aku mulai melakukan hasil pemikiranku.
Ada baiknya aku mengikat benang (tali pancing) pada sebuah akar pohon air lalu aku pulang, agar aku tak lelah dan terobati rasa tak sabarku itu. Lalu aku bergegas pulang dan membiarkan pancinganku sendirian menunggu mangsa-mangsa yang dapat terkail. Kail yang ku pasang pada pancingku ada ribuan banyaknya dengan setiap kail mempunyai jenis umpan yang berbeda. Sengaja ku pasang sedemikian agar banyak yang terkail dan hasilnya pun memuaskan bagiku. Setiap detik sejak aku membiarkan pancingku itu, aku yakin pasti ada yang terkail karena habis kesabaran mereka melihat banyaknya hidangan.
Sekarang aku lupa untuk mengambil hasil tangkapanku dan pancing sederhanaku itu. Sebab sudah beberapa tahun ku biarkan begitu. Setelah ku kembali melihat hasilnya ternyata hanya tulang-belulang yang menggigit kail baja yang ku pasang sejak beberapa tahun yang lalu. Sebab semua daging dari hasil pancinganku tersebut telah dimakan oleh pemangsa yang lebih besar dan pemangsa besar itu bukan target kailku. Lalu aku memasang lagi umpanku dan berkata: " akan kubiarkan selamanya pancingku ini agar pemangsa besar pun terkail " setelah itu aku pulang dan tak pernah kembali lagi.
Ada saudara dan sahabat yang melihat pancinganku lalu ia berkata: "kami melihat banyak sekali hasil pancingan di dekat perairan dangkal itu, tapi sayangnya siapa pemiliknya kami tak tahu".
Aku sendiri sudah melupakannya tetapi teringat kembali oleh perkataan saudara dan sahabatku itu. Aku hanya diam dan membiarkan mereka bercerita tentang pancinganku itu. Dan aku berpikir pasti hasil pancinganku membenciku serta marah padaku hingga mati sebab tak pernah kuperdulikan mereka. Padahal pancingku telah ku pasang dekat dengan jalur sirkulasi aktifitasku.

Dalam hatiku aku berkata: "ternyata sudah banyak yang terkail dan mati oleh pancingku". Padahal aku hanya menggunakan benang pengganti nelon, kail baja yang berkualitas rendah dan umpan hasil modifikasiku. Lalu aku mulai mengerti arti kesabaran dan menjadi kuat tapi bukan kekuatan emosional dari otot melainkan otakku yang di anugerahkan Yesus.
Kapanpun aku memasang pancingku pasti ku dapat hasilnya tetapi terserah aku entah kapan aku mau melihat hasil pada kailku itu.
Aku tak tahu apa yang terjadi bila aku menggunakan nelon berlapiskan baja kualitas tinggi, kail dari baja yang sama dan umpan yang mewangi dan indah yang masih ku simpan dalam jiwaku?. Tak mampu kuungkapkan.

Berjudul meski tak Berjilid

Terlalu lama aku mau mencapai tujuanku. Meski aku mendayung sekuat tenaga. Banyak dari mereka telah finish dengan riang, sedang aku lebih awal ketika start. Tetapi belum dan masih pula. Kapan aku akan finish dan beriang seperti mereka, pikirku?. Pada siapa aku harus bertanya dan mengadu?. Diriku kini termenung sembari berpikir. Mungkinkah karena aku entah Si Iblis ataukah maksud Tuhan?. Siapa yang harus kubenarkan dan kusalahkan?. Terserah diriku. Yang penting aku bertahan dan tetap dalam perahu sambil mendayung dengan sisa tenagaku. Perahu yang aku gunakan selama ini ternyata telah kemasukan air sehingga hampir tenggelam. Para penonton masih saja menunggu dan memberi semangat agar aku finish dengan cepat. Walau berjam-jam mereka menonton dan menyaksikan aku berjuang namun tidak ada satupun dari mereka yang berniat menghentikan perlombaan ini bahkan panitiapun tidak padahal hari semakin senja. Aku terus mendayung walau perahuku semakin tenggelam ditelan air. Aku hanya berpikir dan berkata dalam hatiku: "aku sudah melihat tanda finish dan apakah aku harus teruskan atau mundur?", sambil terus mendayung.

Aku mendayung sampai kelelahan bahkan keringat telah bercampur dengan hempasan air. Terus dan terus aku mendayung. Masih saja aku mendayung walau sang mentari telah finish melewatiku. Aku hanya berharap sebelum mentari yang sama itu kembali memancarkan sinarnya dan menyinari punggungku aku harus finish. Itu saja harapan dan doaku sambil melanjutkan kerja kerasku. Tak kusangka ketika aku mendekati finish banyak sekali orang yang mengerumuni tempat perahuku akan bersandar nantinya. Aku melihat hal itu dan aku tak mengerti. Mengapa? Apakah mereka ingin menyambut aku dengan sorakan ataukah ingin menenggelamkan aku? Sebab lama sudah mereka menunggu aku yang terakhir. Aku hanya berharap pada yang Maha Kuasa agar aku dipihak yang benar dan tak ada sedikit masalah dengan mereka. Semakin aku mendekat dengan tanda finish, aku mulai melemahkan ayunan dayungku meski dari tadi aku sudah kelelahan. Dengan wajah sangat lemah dan tubuh terasa menggigil aku mendekati tanda finish itu yang jaraknya masih sejauh lemparan batu. Sesekali aku sengaja tidak mendayung perahuku dan mengumpulkan tenagaku yang semakin melemah.

Takut rasa hatiku sebab apabila aku tiba nanti apa yang akan dikatakan orang banyak tentang diriku. Mungkinkah mereka akan mengolok, menyindir, memaki, memarahi, meludahi, menuduh, bahkan menusuk aku. Aku hanya berprasangka dalam khayalku dan pikirku mungking saja akan terjadi. Sedikit lagi aku tiba pada tanda finish tersebut. Namun aku dalam keadaan yang kelelahan pura-puraku. Agar mereka terlena akan diriku dan perahuku sedangkan terlupakan sudah masalah yang kusangka dalam khayalku itu akan terjadi. Dan tenagaku yang kukumpulkan tadi semakin normal dan siap untuk berdiri diantara para pemenang lainnya, harapku.

Akhirnya aku finish dengan selamat. Panitia mengurus perahuku yang telah terendam air sedang yang lainnya membawa aku keatas podium kehormatan untuk diberi hadiah. Aku melihat penonton disekelilingku menatapku dengan wajah yang berlainan. Ada yang senang, ada yang benci, bahkan ada yang marah sejak aku masih di tengah perlombaan. Namun setelah aku tiba pada tanda finish itu semua pembenci, pengiri, pencaci, seketika itu tersenyum dibalik topeng pendusta mereka. Aku hanya beriang dengan hasil usahaku dan tak memikirkan penonton padahal tadi aku merasa takut pada mereka.
Kini tiba saatnya pengumuman hasil perlombaan. Dengan sangat spontan seorang panitia berteriak inilah pemenangnya, inilah jawaranya, dialah yang pertama, dialah pemenangnya. Lalu nomor punggung pada bajukupun disebut bersamaan dengan namaku. Wah, aku terkaku sejenak dan tak bisa berkata dan bersorak. Hanya kebingungan dan seketika menjadi lemas tubuh ini. Ternyata hanya aku sendirilah yang finish tetapi yang lainnya telah terhempas oleh gelombang kecil yang seketika tadi menerjang perahu kami masing-masing. Aku tersadar pula bahwa diantara aku diatas podium kehormatan tak ada seorangpun kecuali aku sendiri. Dan beberapa waktu kemudian sewaktu kembang-kembang dilemparkan kepadaku sebagai tanda kemenanganku, aku sejenak teringat kembali satu hal penting. Ya, sewaktu aku mendekati tanda finish itu ternyata tanda finish itu belum terjatuh atau terputus oleh lawanku. Aku sendirilah yang memutuskan tanda finish itu. Dan meraih yang tak kuhiraukan. Sedang lawan-lawanku menganggap aku kalah serta curang dengan cara mereka masing-masing. Pada leherku telah tergantung medali yang tak dapat diambil oleh lawanku kecuali menunggu berabad lamanya untuk mengulang perlombaan seperti itu. Sebab perlombaan itu diadakan seabad sekali. 

Aku adalah urusan Yesus

Otakku bermula ketika Allah menciptakan aku di atas tanah ini. Hidupku semakin berubah baik, itu karena Engkau. Bila aku jahat dan melanggar perintahMu, itu bukan kehendakku melainkan si iblis yang iri dan dendam ketika melihat keintimanku yang diam-diam aku lakukan demi mengangkat namaMU lebih tinggi dari ketinggian. Semakin aku bertumbuh dan berkembang bak jamur di dalam namaMU, semua hal keburukan mulai merayu bahkan dengan berani memeluk diriku dengan kejahatan total, dan sungguh aku tak bisa melawan karena aku hanyalah seorang manusia sempurna yang belum terlalu terpancang kokoh di dalam nama Yesus. Teriakan minta tolong selalu aku pasrahkan kepada Yesus yang bertahta di atas sana. Ya, aku tahu bahwa Yesus ada di atas sana, sebab tak ada seorang pemimpin yang berada di bawah, melainkan semua tetap di atas dan dari atas.
Aku hanyalah sebiji pasir yang tak ada tempat untuk berpijak dan berteduh, aku tahu bahwa aku ada disini bukan karena hasil percintaan kedua orang tuaku. Aku hadir bukan karena harus aku hadir. Aku mungkin sama dengan manusia lain, tapi aku lebih menyadari kalau aku di lahirkan Yesus melalui ibuku dengan membawa pesan tentang Seorang Perkasa di sorga sana. Aku hendak menangis ketika aku dibiarkan berjalan dan mencari sesuatu yang sebenarnya ada di dalam diriMU ya Yesusku. Tak ada satu pun atau beberapa hal pun yang tak Kau miliki, semua ada padaMU. Entah aku ingin hidup atau mati, semua terserah padaMU. Ibarat tumbuhan yang tertanam kuat pada masanya dan akhirnya menua, tak mampu bertahan, tak selamanya ada, tak sebenarnya begini, tak mungkin abadi, lalu terjatuh karena kelemahan yang termakan usia; tanah akan memakan tubuhnya dan tak tersisa, demikianlah serupa dengan diriku.
Aku tetap bertahan dan menulis namaMU di setiap hari-hari hidupku. Urusanku dengan manusia ada waktunya dan urusanku dengan Yesus ada waktunya pula. Tak ada satu manusia pun yang menghakimi manusia lain hanya karena berbeda derajat kerohaniannya. Bila mungkin hal itu ada di antara manusia, berarti aku, kau dan dia belum sempurna sebagai seorang manusia, meski kau pun sama tujuannya denganku ketika dihadirkan Yesus ke dalam alam sejenak ini. Janganlah membeda-bedakan sesama sebab kita semua berasal dari satu tempat, dan kita diciptakan oleh satu Tuhan. Perbedaan bisa terjadi akibat kepentingan yang di ciptakan para iblis, demi menghancurkan nama baik Yesus.
Ketika aku menulis tentang nama Yesus, aku tahu dan aku berharap kepada kalian semua untuk benar-benar paham tentang keinginan iblis dalam dunia ini. Aku menulis keagungan namaNYA, dan aku tahu bahwa iblis akan mempengaruhiku untuk melupakan kelanjutan dari niat suciku. Aku memang lemah di kala bertemu dengan kekuatan iblis, namun aku lebih tahu kalau iblis tak mampu mencabut nyawaku dari dunia ini. Yesus yang membawa aku datang maka Yesus yang akan membawa aku pulang. Iblis hanya bekerja di atas pondasi kudus yang telah disusun oleh Yesus. Iblis tak mampu melakukan hal baik dan jujur. Karena kematian abadi telah dimateraikan oleh Pencipta kepada iblis sebelum bumi ini diciptakan.
Aku tahu bahwa iblis tak pernah berdiam ketika melihat langkah anak-anak manusia yang semakin mendekati kekudusan Yesus. Ingatlah, Yesus selalu ada dan tak pernah meninggalkanmu sampai kau meningalkan dunia ini. Dengan sahutan-sahutan kecil, Yesus selalu mendekati kita. Tangkaplah hal baik yang keluar dari mulut orang-orang buas, sebab Yesus memakai semua jenis watak manusia untuk mengendalikan dan mengukur keimanan kita yang memang adalah rapuh di mata manusia. Janganlah pernah berkata: aku kalah, aku tak ada harapan. Aku tahu, walau semuanya hilang dan pergi dari diriku, entah orang tua, kekasihku, pekerjaan, harta, kedudukan bahkan harga diriku namun aku percaya kalau Yesus dapat mengisi kekosonganku bahkan dapat melebihi dari dugaanku. Terlebih dari semuanya itu, Yesus akan memberi semua hal yang tak aku harapkan, dan tentu itu adalah hal baik dan kudus dariNYA. Aku bukan nabi, aku bukan pendeta, aku bukan ahli taurat dan aku bukan teolog bertitel kerohanian, tetapi aku hanyalah seorang budak sejati yang bekerja di semua tempat dan semua jenis pekerjaan.
Chard Colgate Walli, Yoka, 25 Desember 2011

"Chardtheory Kepentingan"

Anda semua terlahir untuk satu kepentingan dan oleh karena itu anda semua tetap dianggap orang penting. Tak ada satu manusiapun yang menganggap manusia lain tidak penting. Dan tidak ada satu manusiapun yang dianggap penting oleh karena kepentingannya. Sebuah kepentingan manusia akan berhasil dan terjadi bila dibantu oleh manusia-manusia penting lainnya. Oleh itu maka, jangan menganggap dirimu sebagai orang tak penting. Sebab ketika anda menganggap diri anda tak penting, itu sama halnya dengan anda membunuh diri anda sendiri tanpa menggunakan pedang. Tapi bersyukurlah karena anda masih bisa hidup badani dan hanya salah satu roh anda saja yang melarikan diri dari tubuh anda. Untuk mengembalikan roh yang menganggap tak penting pada diri anda sendiri itu, anda cukup menganggap diri anda penting. Itu saja. Tak ada yang lain.
Aku dan anda adalah manusia penting. Tanpa aku anda tak mungkin berteman dan bermusuhan, tanpa anda akupun demikian. Kapanpun anda menganggap anda penting, itu berarti anda sangat penting bagi aku dan juga aku bagi anda. Anda boleh saja menganggap "Chardtheory Kepentingan" ini tak penting karena anda juga adalah orang penting. Tetapi demi kepentingan bersama perhatikan semua isi theory ini dengan teliti sebab didalamnya juga terkandung kepentingan anda. Apabila anda tetap tak menerima theory ini, berarti anda sedang merencanakan pembunuhan atas diri anda sendiri. Tapi ingat catatan diatas, segera anggap diri anda penting sebelum salah satu roh terpenting dalam diri anda menjauh dari diri anda.
Anda sudah sangat penting ketika merasa catatan ini penting, sebab dibalik semua catatan manusia bahkan anak kecil sekalipun terkandung nilai hidup anda. Itupun bila anda teliti dalam membaca. "Chardtheory Kepentingan" ini hanya bertujuan untuk merangsang saraf dan bukan bersifat kaku dan beku. Karena jika theory ini membekukan otak anda itu berarti ada kepentingan dibalik cara baca anda. Dan aku menganggap itu hal biasa yang dapat memperbaiki kepentingan theoryku. Theoryku hanya sederhana dan sejauh lemparan batu seorang balita (bawah 5 tahun) bila kata-kata ini dibaringkan di permukaan tanah. Tapi theory ini dapat menembus permukaan otak manusia dan sejauh mata seorang dewasa memandang itulah jarak yang akan dipahami.

Chardtheory akan terus ada karena aku memikirkan dan melihat kemudian memikirkan lagi lalu menuliskan. Setiap ucapan, gerakan, lirikan mata, ayunan langkah kaki dan ayunan tangan anda akan menjadi bahan theoryku. Semuanya demi kepentingan manusia. Manusia itu adalah aku dan anda. Aku akan mementingkan kepentingan anda sebagai pembaca dan anda sudah tentu merupakan manusia terpenting bagi theoryku. Aku hanya memegang pena dan lembaran kertas hasil theory tapi anda sendiri yang akan menilai theoryku. Aku bukan Psikolog, aku bukan Peramal, aku bukan Sastrawan tapi aku hanya seorang bakal calon Arsitek yang masih menunggu waktu pencalonan.

(Chard Colgate Walli. Deconstructivist)