Puaskah dirimu dalam menilai diriku yang selalu berlaku bodoh
dihadapan ketampanan perilakumu? Apakah kau mau agar aku menelanjangi
semua kemurnianku yang terselubung? Apakah kau mau agar aku mengeluarkan
semua kemampuanku yang kampungan ini, sehingga kau menikmatinya dengan
kebingunganmu? Aku selalu bertanya pada dirimu lewat tingkah anehku
namun kau sulit untuk mengerti, kau mungkin sudah sempat menangkap
beberapa kejujuranku tapi kenapa kau belum menerima itu sebagai
kenikmatan sejati dari sebuah kepuasan?
Para bayi yang masih menyusu telah paham dengan gerakan tanpa
suara yang aku pemerkan di depan tampang mereka, namun kau yang sudah
mendewasakan diri dengan kemauanmu sendiri, masih juga tak paham dengan
ungkapanku yang semakin kegilaan! Haruskah aku meludahi kerongkonganmu
dengan metafora-metaforaku? Haruskah aku mencaci dirimu dengan makian
yang tak ada bedanya? Maukah dirimu, aku baringkan bersama dosa-dosaku
yang aku hendak bentangkan di alas bumi?
Aku mau agar kau menjadi seorang budak sejati seperti diriku sebelum
kau menikmati kecerahan dari khayalmu. Aku selalu berdoa dengan penuh
semangat agar kekanak-kanakanmu menghilang demi kepentingan manusia
sederhana lainnya. Aku selalu menunjukan padamu arti kebenaran
berperilaku, meski aku bukanlah pakarnya. Kesopanan yang aku mainkan,
kau anggap itu sebagai kejahatan dari penipuanku, namun kejujuran
kekanak-kanakkanmu yang menyilaukan mataku sangat aku sedihkan dalam
tangisku demi sesamaku. Kau tak akan pernah berhasil dalam caramu meski
kau berulang kali melakoninya, sebab lakonanmu adalah salinan-salinan
yang pernah aku buang dari arsip-arsip tak terpakaiku.
”Kau hanyalah iblis yang dipakai agar melemahkan niat imanku, kau
hanyalah manusia lemah seperti diriku namun kau berlagak kuat di
tatapanku. Aku memang bodoh ketika bersamamu dalam kamarmu tetapi aku
tak bermegah bila aku dan kau bertarung di kamar orang. Karena aku tahu
kekuatanmu yang sangat luar biasa, dan aku hendak menyadari bila nanti
aku menikmati kemenanganku sebelum bertarung. Aku sangat menyayangi
kemanusiawianmu namun kemunafikan akhlakmu sangat aku benci bahkan aku
semakin beria-ria untuk mencabutnya dari kemanusiaanmu. Aku telah kalah
oleh si iblis dan aku tak menyalahkanmu, sebab kau pun sama lemahnya
dalam alam sejenak ini. (bagi manusia yang di pakai iblis)”.
Aku tak mengharapkan kepalsuan dirimu wahai iblis; yang berpura-pura
namun hendak mencelakakanku kelak, aku tahu sebelum aku terlahir di
dunia ini. Aku selalu mengampuni kesalahanmu yang kau mainkan bersama
kelemahan imanku, karena aku bukan seperti yang kau tahu. Meskipun kau
telah mempelajari kelemahlembutan dan keganasan dalam darahku sejak aku
di kandung ibuku, aku pun tahu dirimu sejak aku diutus ke bumi ini. Dan
perbedaan waktu antara kita berdua adalah bukti bahwa aku berbeda dari
dirimu, wahai iblis bertopeng kemanusiaan. Aku tahu dan yakin bahwa kau
telah menang oleh ketekunanmu dalam proses menghancurkanku, aku berusaha
untuk menyadari itu; dan itu sudah sangat cukup ampuh untuk manusia
lemah seperti diriku. Aku pun sudah mengakuinya di hadapan Penciptaku
melalui lembaran-lembaran doa yang tak henti aku lemparkan padaNYA di
sorga sana. Aku tahu bahwa aku lemah oleh diriku sendiri, tanpa
penyertaan manusia lainnya. Aku menang oleh Yesusku dan aku kalah oleh
diriku sendiri. Jadi, aku akan meraih kemenangku sekali lagi meski
nantinya mungkin aku terpelanting lagi. Karena aku tahu jelas bahwa kau
bertarung denganku; lalu menang, agar kau dipuji-puja oleh pemimpinmu,
aku pun akan melakukan hal yang sama namun aku tak butuh pujian dari
Yesusku sebab Dialah pujianku.
Kepuasanmu yang kau nikmati hanya membuatmu berkekurangan, kenikmatan
yang kau dapatkan setelah menjatuhkanku menghasilkan tangisanmu yang
tak sederhana. Aku sempat mengasihanimu dengan rasa iba yang mendalam,
namun aku tahu latar belakangmu. Aku pun sudah memaksa Yesusku untuk
mengampunimu, air matamu yang palsu membuatku terperangah dan menyadari
bahwa kaulah penipu sejati yang melagukan pujian omong kosong di jiwaku
selama ini. Kau menangis sampai tersedu-sedu demi memaksaku bekerja sama
kembali. Kau seolah-olah melupakan kejahatanmu yang lampau pada diriku.
Kau seakan-akan meniadakan kemunafikan dari kebusukan rencanamu yang
selama ini kau bumbui dengan taburan-taburan mematikan dalam hidupku.
Kau akan mengerti dengan kelemahanku yang mulai tegak bak
bunga-bungaan yang tersengat mentari di pagi hari. Kau akan mencari
mangsa lainya namun aku pun akan mencari dirimu dalam diri mereka;
karena aku datang padamu bukanlah untuk membunuhmu melainkan untuk
memindahkanmu ke tempatmu. Agar kau jangan menangis lagi di hadapan
Yesusku melalui diriku. Aku kini mempatenkanmu sebagai ”perusak” bagi
kaum adam dan hawa di jagat ini. Tak ada belas kasihan dariku untukmu
selama aku masih berkelana di dunia ini. Sudah habis total semua
kesabaranku yang selama ini aku pendamkan, dan kini aku akan menantikan
rencanamu yang lain lagi; sebab kau tak kehabisan akal dan aku pun tak
kehabisan amunisi yang dari Yesusku.
Kau harus tahu bahwa tulisanku ini bukanlah sebuah permainan
kata-kata yang aku sajikan sebagai pemanis blogku. Tapi ini sesungguhnya
adalah langkah awal dari perjuanganku untuk kembali menerima
kepercayaanku pada Yesus yang telah kau pindahkan dari jalanku dengan
cara melemahkan imanku. Wahai iblis; kau sangat cerdik namun kau tak
beriman dalam Kristus. Kau iri dengan kelemahanku yang aku bangun
bersama Yesus Kristusku selama ini. Amin