Telusuri Semua Hal

Jumat, 09 Maret 2012

Chard Mencium Aroma Kepalsuan!

Jangan Ya “stop”

Aku kini sudah mulai berani untuk menertawakan semua orang yang sengaja menjatuhkan nama baik negeriku atau bangsaku. Ingin rasanya meludahi kerongkongan dusta yang sudah sejak lama mereka lakonkan. Kemunafikan dalam memutarbalikan fakta sudah sangat menggelitik hatiku, sejak kedewasaan menghapus jejak-jejak kekanak-kanakanku. Hahahahaha; itu suara gelatakku yang tersembur keluar dari hati bodohku, bagaikan orang gila aku terus berdiri di atas kebenaran dari realita kehidupan sekarang. 

Berpikir tanpa bertindak hanyalah membuang waktu yang singkat namun tak boleh abaikan mutu. Jangan memandang manusia dengan mata badani tetapi dari kenekatan bertindak, sebab mata mampu melihat tampilan yang mengoda namun hati tahu bahwa bau busuk yang berterbangan di udara adalah wewangian yang menyengat penciumanku.

Ini hanya awal dari tingkahku yang bodoh tapi lebih dari itu; aku tahu bahwa para pakar pandai akan menilai seenaknya pada diriku. Untuk apa aku hidup, kalau hanya membela orang-orang kuat yang selama ini beria-ria di balik topeng kemunafikan mereka. 

Lebih baik aku tak terlahir untuk warga lokalku dari pada aku harus bertahan hidup bersama para manusia 'imigrasi'. Sampai detik ini, aku hanyalah orang bodoh yang adalah seorang budak kampungan, namun dengan kesederhanaan berpikirku, aku akan mengeluarkan nyanyian-nyanyian penggetar jiwa. Tak perlu untuk berdiri dan berteriak bagaikan anak kecil yang selalu diiming-iming dengan gula-gula yang di lapisi empedu. Mengapa bertingkah ganas dan buas sedangkan kembali menjilat lagi? 

Wahai Imigrasi

Ah, hatiku dan pikiranku pasti dipersalahkan sebab kata para imigrasi: “Chard berhentilah berlaku aneh dan pikirkanlah masa depanmu sebab kau perlu belajar banyak” padahal masa depanku hanyalah kesenanganku dan kesungguhan dari keaslianku adalah ketika aku berbicara kebenaran. Ya, kebenaran tidak pernah menuntut pengetahuan sebagai landasan. Tak perlu berapa harga yang harus dibayar, sebab aku adalah diriku dan sama seperti Chard Walli. Aku sangat puas dengan kesederhanaanku, karena aku akan melupakan ketidakmampuanku dalam berterus terang; sebab aku memang sama dengan mereka namun aku tak mau berpikir sesederhana mereka.

Aku yakin dengan tulisanku ini, dan aku menyadari kebodohanku dalam mengatur ungkapan, namun keunikan demi menata kata-kata dalam beberapa kalimatku mampu menciptakan karya baru dalam bidang “berpandangan/ berpenilaian”. Bahkan sudah paten sebelum aku tuangkan. 

Apa alasanmu wahai imigrasi, sehingga kau terus mengejarku dengan tuduhan yang tetap? Apakah aku merusak niatmu? Apakah aku telah mengalahkanmu dengan kebodohanku yang tak terpelajar ini? Mengapa aku selalu ditempatkan pada posisi yang terpojokkan? Mengapa aku terbelakang dalam berpengetahuan namun kau masih iri dengan sentuhan-sentuhan kecil ala kekolotanku? Ternyata kau telah mengakui keaslianku yang selama ini menggemaskan matamu. Aku sudah berusaha untuk mengerti tentang pembelaan dirimu yang selama ini sedang kau telusuri. Tak sadarkah kau bahwa kau hanyalah penumpang yang meminjam semua milikku demi melanjutkan napasmu? Namun sejak aku menjadi benih dalam kandungan ibuku, aku sudah sangat tahu bahwa sesungguhnya kau hanyalah seorang imigrasi di bangsaku.