Telusuri Semua Hal

Jumat, 17 Februari 2012

Keraguanmu adalah Pendongkrak Tekadku

Untukmu wahai teka-teki negeri keindahanku:
Kulitku tertusuk angin yang berhembus seketika melalui nyanyian rindu yang kian mendesah dan semakin mendepakkan. Aku tak sengaja menoleh kearah potretmu yang terpampang jelas pada korneaku. Sehingga hatiku yang sejak dahulu sedang dibekukan mulai mencair tanpa perlu dapur peleburan. Aku mulai memaksa semua panca inderaku untuk bergerak seirama demi sasaran yaitu dirimu. Darahku mengalir tidak karuan bahkan hendak menembus ariku. Tertekan dan tertegun dalam rohaniku ketika mengenalmu. Kau melemahkanku dalam segala hal bahkan kejahatanku kau bersihkan tanpa kesadaranmu. 
Bagai malaikat penghapus dosa, kau hadir tanpa undangan, kau tampil sebagai sosok yang nampak berkilauan. Kau merubah semua yang aku anggap benar dahulu, karena kau tahu itu kekeliruanku yang salah dan yang selama ini aku dekapkan dalam taman jiwaku. Kau memang tak menyadarinya, kau tentu tak mengerti, kau pasti tak mempedulikan semua perubahan yang terjadi dalam jejak-jajak hidupku. Kau akan menganggap diriku sebagai seorang pendusta yang pandai merangkai kata menjadi kalimat, kau membiarkan diriku berkelana dalam untaian-untaianku, kau sengaja namun aku tak kebetulan. Kau memang tak tersentuh oleh jemariku yang penuh dosa ini, namun kau telah aku bungkus dalam genggaman doaku, jadi biarlah Yesus yang menetukan. Aku bukan pendoa yang berfokus seperti dirimu, aku tidak mengerti tujuan doaku, aku selalu meragukan doaku sebab ketika aku berdoa untukmu di hadapanNYA, namun hatiku masih sempat bertanya; Tampankah diriku? Berhartakah diriku? Sempurnakah doaku? Diterimakah doaku? Sembari berlutut aku berkata ”aku hanyalah budak yang siap kalah dalam segala hal namun aku tak pernah membiarkan kemenanganku dicuri”.
Aku tahu dan aku sering mendengar kelumrahan ungkapan bijak para pakar asmara bahwa ”mencintai tidak harus memiliki” tapi aku yang belum paham tentang asmara pun dapat mematenkan ungkapan metafora kritikku bahwa ”mencintai tidak harus memiliki dan bila memiliki maka tidak harus mencintai?” Hanya kau yang dapat menaruh posisi ungkapanku yang menurutku demikian adanya. Aku tetap menganggap diriku adalah manusia bersalah yang punuh dengan kejujuran sejati; dan tak akan terkelupas oleh jaman. Lupakanlah aku disaat kau sedih dan ingatlah rupaku disaat kau senang, karena aku bukanlah manusia yang selalu mengikuti kebiasaan asmara dunia ini, meski aku hidup di alam yang sama. Aku punya cerita asmara berbeda dari ayah dan ibuku demikianlah berbeda pula dengan kedua orang tuamu. Hatiku terbentuk oleh kuasaNYA, demikianlah juga dengan semua anggota tubuhku yang saling bekerja sama demi hal baik dan jahat.
Wahai dewiku, pujaan hatiku, kau merusak prinsip salahku, kaulah yang pertama aku ”tembak/ katakan cinta” namun aku tak akan katakan kalau kaulah yang terakhir bagiku sebab hanya dirimu yang mampu menjawabnya. Aku bukanlah pakar asmara yang memainkan kelumrahan cinta lalu mencari lagi demi tujuan yang sama. Lebih baik penglihatanku tak beroperasi lagi dari pada menomorduakanmu.
Chard Colgate Walli, Yoka, Sabtu, 18 Februari 2012